Muara Teweh, (METROKalteng.com) – Pemerintah Kabupaten Barito Utara (Pemkab-Barut) melalui Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan dan Olaharaga (Disbudparpora) setempat saat ini fokus dalam upaya pelestarian kebudayaan dan pengembangan pariwisata yang ada di daerah.
Sementara, Kepala Budparpora Barut Hj Annisa Cahyawati, di Muara Teweh, Rabu (23/6/2021) menuturkan, bahwa pihaknya saat ini fokus dalam upaya pelestarian kebudaaan dan penembangan pariwisata di daerah ini.
“Hal ini menjadi salah satu fokus Dinas Budparpora Barut dalam upaya pelestarian kebudayaan dan pengembangn pariwisata di daerah, khususnya di Kabupaten Barut, ” ujarnya.
Hj Annisa juga menyebut bahwa masyarakat dipedalaman Barit Kalteng memiliki kebudayaan yang tinggi sejak lebih dari 5 abad silam antara lain memiliki keahlian memproses logam mulai dari proses penambangan biji besi hingga memproses menjadi salah satu produk logam.
Dikatakannya, penelitian telah dilakukan oleh Badan Arkelogi Kalimantan Selatan (selaku badan arkeologi wilayah Kalimantan) pada tahun 2017-2018 lalu. Dimana telah ditemukan teknik pengerjaan logam kuno sekitar abad 12-19 di DAS Barut diwilayah Kecamatan Gunung Timang, Kecamatan Montalat, dan Kecamatan Teweh Timur dan Kecamatan Teweh Baru.
Hj Annisa mengatakan, untuk proses aktivitas peleburan biji besi (manitik) tradisi nenek moyang kita.
“Tata cara pengerjaan membuat benda logam dari bahan baku yang didapat dari menambang batu besi menjadi bahan setengah jadi (logam mentah) melalui peleburan sampai terbentuk menjadi benda atau alat besi yang diinginkan berupa senjata yang ampuh/sakral dengan menggunakan alat peleburan berupa tungku,” tandasnya.
Keberadaan benda-benda sejarah membuktikan bahwa sejarah dan perkembangan teknologi logam serta keahlian nenek moyang mengolah logam dapat dimaknai sebagai nilai-nilai kebudayaan yang menjadi identitas dan kebanggaan daerah bahkan nasional.
“Dengan cara memahami sejarah dan asal usulnya, tradisi ini saya kira perlu kita lestarikan salah satu teknologi tradisional bagian dari Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK), kita sebagai pewaris atau pelaku pandai besi yang merupakan proses akhir pembuatan alat besi setelah melalui tahap hingga penempatan untuk di bentuk menjadi sebuah alat yang bernilai sejarah,” ungkap Hj Annisa Cahyawati.
Dalam upaya untuk pemanfaatan potensi pandai besi peninggalan arkeologi di wilayah Barito Utara dapat menjadi alternatif diantaranya sebagai Wisata Budaya Minat Khusus yang diharapkan berdampak untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya warga di Kabupaten Barut.(Uzi)