Muara Teweh, (METROKalteng.com) – Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Utara (Dinkes Kab- Barut) melaksanakan kegiatan pertemuan orientasi Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dalam program percepatan pencegahan stunting bagi petugas promosi kesehatan puskesmas yang difokuskan bertempat di aula Dinkes Barut, Kamis (6/10/2022).
Dalam pelaksanaan kegiatan pertemuan ini dibuka oleh Sekretaris Dinas Kesehatan Barut, Pariadi dan dihadiri Kabid Kesmas, Eny Franziah, narasumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah yang dihadiri 35 peserta dari petugas pengelola program promkes Puskesmas dan tenaga promotor kesehatan dan sejumlah Puskesmas yang tersebar di Kabupaten Barut.
Sekdis Dinkes Barut, Pribadi dalam arahannya menyebutkan, masalah stunting di Kabupaten Barut masih perlu mendapatkan perhatian khusus dan menjadi prioritas karena diperburuk oleh situasi pandemi yang menyebabkan masyarakat ragu mendatangi posyandu untuk memantau status gizi dan perkembangan anak anak di Kabupaten Barut.
Dikatakannya bahwa dengan naiknya angka pengangguran dan PHK yang menyebabkan penurunan kualitas pangan keluarga. “Kondisi ini ditambah dengan permasalahan akan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan yang dapat berdampak serius pada perkembangan janin,” tandas Sekdis Dinkes.
Untuk jumlah angka prevalensi kasus stunting di kabupaten Barut naik menjadi 1,73 persen dari tahun 2021 lalu, Katena prevalensi kasus stunting di tahun 2022 ini mencapai angka 28, 3 persen.sehingga angka tersebut belum mencapai target angka penurunan stunting yang ditetapkan pemerintah untuk Kabupaten Barut pada tahun 2022, sedangkan prevalensi stunting ditargetkan menjadi 23,57 persen.
“Sehingga pada tahun 2024 ditargetkan menjadi 16,21 persen. Untuk itu perlu ada percepatan langkah-langkah untuk menurunkannya, khususnya di Kabupaten Barut,” ujar Pribadi.
Dikatakan Pariadi, dengan pertemuan orientasi komunikasi antar pribadi (KAP) ini diharapkan para petugas kesehatan di puskesmas dalam berkomunikasi kepada masyarakat lebih terampil lagi dan mengimplementasikan pengetahuan orientasi komunikasi antar probadi dalam menjelaskan konsep kesehatan.
Sehngga masyarakat mudah menerima dan mengerti apoa yang disampaikan oleh petugas kesehatan utamanya dalam menjelaskan enam perilaku prioritas percepatan pencegahan stunting.
Sehingga ke enam perilaku yan menjadi prioritas percepatan pencegahan stunting yaitu pertama ibu hamil mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD), 2 ibu hamil mengikuti kelas ibu hamil minimal 4 kali selama masa kehamilannya, (3) ibu melaksanakan pemberian makanan pada bayi dan anak (PMBA) secara tepat, melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), memberi ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan, memberi makanan pendamping ASI dan makanan lokal sambil terus memberi ASI hingga anak berusia 2 tahun.
Ke 4 adalah ibu membawa balita secara rutin ke posyandu sebulan sekali untuk pemeriksaabn tumbuh kembang, 5 ibu, anak dan seluruh anggota keluarga cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir dan yang ke 6 ibu, anak dan seluruh keluarga menggunakan jamban sehat untuk membuang hajat.
“Semoga kegiatan pertemuan orientasi KAP ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan peserta dalam memberi edukasi kepada masyarakat sesuai dengan konteks sasaran, dengan memastikan pengembangan pesan sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran separti Posyandu, kunjungan rumah, konseling pernikahan, konseling reproduksi remaja dengan mempertimbangkan konteks budaya dan kearifan lokal,” ujarnya .
Sementara itu Kabid Kesmas Eny Fraziah mengatakan tujuan dari kegiatan orientasi KAP adalah untuk mencapai dan mewujudkan perubahan perilaku dan kesadaran masyarakat melalui komunikasi antar pribadi dalam percepatan pencegahan stunting di Kabupaten Barut.(Uzi)