Muara Teweh, (METRKalteng.com) – Sebanyak 64 bayi dan anak (Balita) dari sejumlah Kelurahan di Kabupaten Barito Utara (Kab-Barut), turut serta tradisi baayun Maulid (Batuyang) dalam rangka memeriahkan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1444 H yang dilaksanakan setiap tahunnya di ruangan Mesjid Jami Abdurrahim Muara Teweh, Minggu (9/10/2022).
“Sejumlah peserta yang ikut baayun atau batuyang diikuti 64 bayi dan anak Balita,” ungkap Ketua Panitia Masjid Jami Muara Teweh, Misran.
Menurutnya, bahwa tradisi setiap tahunan ini dilakukan dengan harapan agar sang anak jika besar nanti menjadi orang yang sehat, berbakti kepada orang tua serta dapat mengikuti ketauladanan akhlak Nabi besar Muhammad SAW.
“Pada rangkaian kegiatan tradisi baayun ini anak-anak secara massal diayun dengan iringan pembacaan doa dan pembacaan shalawat,” tutur Misran.
Ustadz H Rusmadi Darsani LC yang merupakan Pimpinan Pondok Pesantren Yassin dalam tausiyahnya menyampaikan bahwa agar masyarakat untuk memanfaatkan bulan Rabiul Awal ini dengan melakukan segala kebaikan sebagai bukti rasa syukur ke hadirat Allah SWT sebagaimana akhlak yang dibawa baginda Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah Nabi Muhammad SAW adalah sebagi Nabi terakhir yang mengajarkan sebagai suri tauladan dalam menjalani hidup dan kehidupan dimika bumi ini yang tentunya dengan mencontohkan sifat-sifatnya untuk kemudian di implementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari untuk menjalankan hidup fialam fana untuk bekal kelak diakhirat.
“Dengan kecintaan kita kepada Rasullulah SAW dan Allah SWT yang semakin dalam Insya Allah hidup kita berakhir dengan husnul Khotimah,” kata H Rusmadi Darsani LC.
Sebagaimana diketahui bahwa, tradisi baayun maulud ini merupakan tradisi unik bagi masyarakat suku Banjar di Kalimantan yakni upacara ini merupakan bagian dari rangkaian upacara daur hidup yang meliputi kehamilan, kelahiran, masa kanak-kanak menjelang dewasa, perkawinan dan juga kematian atau tibanya ajal menjemput.
Dengan demikian, tradisi baayun yang sebenarnya sudah ada sebelum penyebaran Islam di tanah Banjar. Karena hal ini merupakan daur hidup masa kanak-kanak, yakni saat si anak berusia 0-5 tahun atau masih balita.
Sehingga tradisi baayun yang merupakan asimilasi antara budaya urang Banjar yang didasarkan pada ajaran agama Islam ini kini digelar setiap kali pada peringatan Maulid Nabi Nuhammad SAW.
Digelarnya tradisi baayun adalah sebagai ungkapan do,a bagi si anak dimasa depan, tradisi ini juga sebagai upaya tolak bala, upacara tradisi baayun nagi anak-anak secara massal diayun dengan iringan pembacaan do,a dan pembacaan shalawat Nabi.(Uzi)