Muara Teweh, (METROKalteng.com) – Beberapa waktu lalu, tiang pancang jembatan penyeberangan Tumpung Laung-Sikan, Kecamatan Montallat rusak akibat benturan tongkang batu bara. Akibat hantaman tongkang bermuatan batubara tersebut 7 (tujuh) tiang pancang tersebut diganti.
“Disebabkan karena ditabrak tongkang bermuatan batu bara, sehingga ada tujuh pilar pancang pada titik Pier 4 (P4) mengalami kerusakan cukup parah hingga patah dan miring, kondisi pilar yang sudah rusak terpaksa harus diganti total dengan melakukan pemancangan ulang dengan pipa baja yang baru,” tandas Kadis PUPR M Iman Topik, Selasa (3/11/2020).
Lebih lanjut, M Imam Topik mengatakan, sesuai petunjuk Bupati, H Nadalsyah dan hasil evaluasi dilapangan bahwa titik pemancangan Pier4 dan Pier5 (P4 dan P5) mengalami perubahan pada tempat pemancangan awal, sehingga harus diganti.
Pergantian tersebut kata Kadis PUPR merupakan langkah tepat demi untuk keselamatan dan keamanan pelayaran dalam melintasi bawah jembatan disaat debit sungai Barito naik, disamping itu juga ketinggian jembatan mengalami perubahan ketinggian yang semula hanya 9 meter dinaikan menjadi 13,5 meter.
“Sehingga dengan adanya langkah perubahan ketinggian dan perubahan bentangan diharapkan sudah memenuhi aspek keamanan dan keselamatan pelayaran lalu lintas sungai Barito,” pungkas M Iman Topik.
Disebutkannya bahwa, pemancangan sejumlah pilar jembatan akan kembali dilakukan berdasarkan instruksi dari Bupati H Nadalsyah pemancangan tiang baru diambil di titik tengah bentang panjang 100 meter.
Bupati Barut, H Nadalsyah mengutarakan, jika pihak kontraktor mencari titik kedalaman air, hal tersebut dinilai keliru, karena yang dicari adalah titik bentang 100 meternya itu dipastikan berada bagian tengah.
Karena kata Nadalsyah kalau dari titik dalamnya, walaupun di Tumpung Laung dalam keadaan air pasang akan tetapi kalau di jety-jety (pelabuhan batubara) yang ada itu dangkal, tongkang tidak bisa lewat juga.
“Percuma disana dikasih pada titik yang terdalam, namun bisa membahayakan pelayaran. Jadi harus mengikuti titik tengah, sehingga apabila tongkang melewati jembatan bisa lolos, seperti jembatan yang ada di kota Muara Teweh. Coba di evaluasi kembali untuk titik bentang 100 meter (P4 dan P5),” kata bupati yang akrab disapa H Koyem ini.
Lebih lanjut H Koyem, kalau pihak kontraktor melakukan penggeseran tiang pancang ke arah kampung, arusnya sangat kuat dan dalam. Akan tetapi di daerah tersebut merupakan jalur tongkang untuk lewat. “Jadi ambil titik tengah, walapun agak ke daerah pasir, akan tetapi tidak membahayakan alur pelayaran saat tongkang batu bara melalui jembatan,” kata H Nadalsyah. (Uzi)