Gunung Mas, (METROKalteng.com) – Semenjak dibangunnya jembatan gantung Upon Batu, aktifitas warga semakin mudah, pertumbuhan ekonomi semakin meningkat dan ramai tanpa harus mengeluarkan uang untuk menyeberang menggunakan perahu ferry.
Hal tersebut dirasakan oleh semua pihak terutama warga sekitar untuk melakukan kegiatan sehari-hari, seperti halnya di dunia pendidikan. Jembatan Gantung Upon Batu merupakan akses utama untuk pendidikan karena ada Dua Sekolah yaitu Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tumbang Menange dan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Satu Atap 3 Tewah yang terletak di desa Tumbang Menange, Kecamatan Tewah.
Warga semakin bersyukur karena semuanya semakin mudah dan lancar walaupun hanya dengan jalan laki maupun menggunakan kendaraan roda dua saja yang dapat melintasi jembatan gantung tersebut.
Seperti yang dirasakan oleh Seorang tenaga pengajar atau Guru sekolah beserta murid-murid yang bersekolah di Desa Tumbang Menange tanpa harus merogoh kantong senilai RP 20.000 rupiah untuk biaya menyeberang menggunakan Ferry.
Seorang Tenaga Pendidik yang juga Kepala Sekolah SDN Tumbang Menange, Titi Sumanti ( 35 ) saat bertemu awak media di depan jembatan gantung Upon Batu, Sabtu (24/10/2020) mengatakan, Terimakasih kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, Pemerintah Kabupaten Gunung Mas, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi maupun Kabupaten, serta pihak Kontraktor yang mengerjakan jembatan gantung Upon Batu.
“Dengan adanya jembatan gantung ini, kami semua merasa sangat terbantu apalagi dalam pekerjaan jembatan ini sesuai dengan rancangan yang dibuat oleh pihak terkait sehingga kami merasa aman, nyaman, tidak mengeluarkan biaya lagi untuk menuju sekolah yang mana menjadi tempat kami bekerja,” ungkap Titi.
Sebelum dibangun jembatan ini kami sangat terpuruk dari segi ekonomi dan waktu. “Dulu Kami harus mengeluarkan uang buat bayar ferry penyeberangan, belum lagi waktu berangkat kerja. Seharusnya jam masuk sekolah pukul 07.00 wib dan kami datang sebelum murid tiba di sekolah tetapi semua jadi bersamaan karena ferry buka pukul 07.00 wib dan harus antri menunggu bisa-bisa ke sekolah pukul 08.00 wib bahkan lebih,” jelasnya.
Titi melanjutkan, Karena keadaan dulu banyak guru dan murid tiba ke sekolah terlambat akhinya kami mengundurkan jam masuk sekolah jadi pukul 08.00 wib. Sekarang tidak ada alasan lagi untuk tenaga pengajar maupun murid untuk terlambat dan harus datang tepat waktu kesekolah.
“Semenjak terbangunnya jembatan ini kami sangat terbantu sehingga semuanya menjadi mudah, tidak mengeluarkan biaya menyeberang, dan kita bisa ke sekolah tepat waktu tanpa kendala,” tutup Titi bahagia dengan adanya jembatan ini. ( Didik S )