Muara Teweh, (METROKalteng.com) – Konsekwensi penyebab kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) berdampak bagi kesehatan masyarakat khususnya di Kabupaten Barito Utara (Barut). Adapun penyakit yang sering timbul akibat kabut asap adalah Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).
Turunya kualitas udara disebabkan adanya kabup asap yang ditimbulkan dari kebakaran hutan lahan berdampak terhadap kesehatan manusia antara lain penyakit ISPA, Asma, Pneumonia, iritasi mata. Selain itu, dampak terhadap negatif pada bidang trasportasi yaitu dapat menganggu jarak pandang untuk transpormasi udara.
Bupati Barut H Nadalsyah menandaskan, berdasarkan prediksi BMKG, puncak kemarau akan terjadi di bulan Agustus hingga September 2019 dengan kondisi lebih kering dari tahun 2018 lalu.
“Untuk itu diperlukan kewaspadaan lebih tinggi dari semua pihak, guna mengantisipasi hal tersebut,agar tidak meluas yang menyebabkan mengganggu kesehatan mahluk hidup,”cetus H Nadalsyah.
Untuk mengantisipasi Karhutla masyarakat dilarang membuka hutan dan lahan dengan cara membakar.
“Prioritas kegiatan pencegahan melalui patroli terpadu dan deteksi dini hotspot, secara tanggap untuk menangani bila muncul hotspot, segara padamkan api jika terdeteksi,” tukasya.
Bencana kebakaran hutan dan lahan terjadi hampir setiap tahun di Indonesia khususnya di wilayah Pulau Sumatera dan Kalimantan, termasuk juga di wilayah Kabupaten Barut.(Uzi)